REPUBLIKA.CO.ID, Tiada permusuhan yang abadi di dunia ini kecuali permusuhan antara iblis dan anak cucunya dengan manusia. Permusuhan ini berawal di masa yang sangat silam, masa ketika Allah SWT menciptakan Adam, lalu Dia menempatkannya di surga yang penuh kenikmatan.
Penciptaan menusia ini mendapat protes dari para malaikat. Mengapa Allah menciptakan makhluk yang dikemudian hari akan berbuat kerusakan di dunia serta saling menumpahkan darah? Namun dengan ilmu-Nya Yang Mahaluas, Allah SWT menjawab pertanyaan para malaikat tersebut bahwa Dia Maha Mengetahui apa yang tidak mereka ketahui.
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.” (QS Albaqarah [2]: 30).
Akhirnya, dengan segala ketundukan, para malaikat bisa memahami serta mengakui benarnya keputusan Allah tersebut.
قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
“Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Mahamengetahui lagi Mahabijaksana.”
قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
“Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS Al-Baqarah [2]: 32).
Untuk menunjukkan tepatnya keputusan yang dibuat-Nya, Allah SWT mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruh benda serta rahasia alam semesta yang tidak diajarkan kepada para malaikat. Ketika Allah SWT memerintahkan para malaikat dan Adam untuk menyebutkan nama-nama itu, ternyata para malaikat tidak mampu menyebutkannya, sedangkan Adam mampu menyebutkannya dengan sangat baik (QS 2:31-33).
Kemampuan menyebutkan nama-nama, sebagai buah dari pelajaran yang Allah SWT berikan, menunjukkan bahwa Adam memiliki keunggulan yang tidak dimiliki para malaikat. Nama senantiasa menunjukkan sesuatu.
Dengan mengetahui nama berarti kita mengetahui serta memiliki gambaran mengenai nama tersebut. Nama equivalen dengan “konsep” atau “lambang” atau “simbol” yang menunjukkan adanya kemampuan pikir, akal, serta kecerdasan. Dengan kata lain, walau diciptakan dari saripati tanah, Adam dianugerahi kecerdasan akal pikiran yang tidak dimiliki makhluk lainnya, khususnya malaikat, walau mereka diciptakan dari cahaya. Adanya kemampuan ini, memungkinkan manusia mengemban amanah sebagai khalifah di muka bumi, serta membangun peradaban di dalamnya.
Karena kelebihannya ini, Adam menjadi sangat istimewa. Sehingga, Allah SWT pun memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam. Karena ketaatannya, mereka bersujud, kecuali iblis:
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS Al-Baqarah [2]: 34). Mereka menolak karena menganggap kedudukan Adam lebih rendah dari dirinya.
Bagaimana aku harus bersujud kepada Adam, sedangkan ia diciptakan dari tanah hitam yang bau busuk.
قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا لَكَ أَلَّا تَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ
قَالَ لَمْ أَكُنْ لِأَسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ
“Allah berfirman: “Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?” Berkata Iblis: “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (QS Al Hijr [15]: 32-33).
Konon, sebelum dilaknat Allah, iblis adalah makhluk yang memiliki derajat tinggi, bahkan dianggap sebagai malaikat yang terkemuka. Boleh jadi, kehadiran Adam dengan segala keutamaannya dianggap iblis sebagai ancaman yang bisa mengganggu eksistensi dirinya.
Akibat pembangkangannya itu, Allah SWT menurunkan derajat iblis serta mengusirnya dari tempat yang paling tinggi. Di sinilah permusuhan iblis kepada Adam mencapai puncak. Ia berjanji untuk menuntut balas kepada Adam yang dianggap sebagai penyebab jatuhnya kedudukan dia di hadapan Allah:
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
“Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. (QS Al-Hijr [15]: 39).
Akhirnya, dengan aneka cara, iblis pun sukses menggelincirkan Adam dan Hawwa, sehingga mereka terusir dari surga.
فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَىٰ حِينٍ
“Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” (QS Al-Baqarah [2]: 36).
Walau demikian, permusuhan mereka tidak berhenti selama keturunan Adam masih ada hingga datangnya hari kiamat.
قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Berkata iblis: “Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan. (QS Al-Hijr [15]: 36). Seperti itulah, hingga detik ini iblis beserta anak cucunya terus berupaya menggelincirkan manusia melalui aneka reka perdaya.
Bagaimana cara iblis menggelincirkan anak cucu Adam? Pertanyaan ini layak dikemukakan, agar kita bisa menghindari jerat-jerat mereka yang mematikan. Zaman dahulu, iblis kerap mendatangi para nabi serta orang-orang saleh dengan menyamar sebagai manusia. Terkadang mereka bicara “keceplosan” dengan membuka rahasia terkait strateginya menjerat manusia. Untuk nasihatnya ini, kita “wajib” percaya, walau mereka itu pendusta.