Kisah Iblis Ingin Bertobat

Ketika Aliah SWT menyuruh para malaikat dan Iblis untuk sujud kepada Adam a.s., para malaikat pun bersujud. Namun, tidak dengan Iblis. Ia tidak mau bersujud. Alasannya, ia merasa lebih baik dan mulia karena diciptakan dari api, sedangkan Adam dalam pandangannya lebih rendah karena diciptakan dari tanah. Iblis menjadi sombong dan kafir, lalu diusir oleh Allah dari surga. Padahal, sebelumnya, Iblis tinggal bersama para malaikat dan salah satu makhluk yang dekat dengan Allah SWT.

Dikarenakan kesombongannya yang merasa diri paling baik dan mulia serta tidak mau sujud kepada Adam ketika diperintah oleh Allah SWT, Allah pun berfirman kepadanya yang terekam dalam Al-Qur'an Surah al-A'raf Ayat 13-18 sebagai berikut.

Allah berfirman, “Maka turunlah kamu darinya (surga), karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina ”

(Iblis) menjawab, “Berilah aku penangguhan waktu, sampai dibangkitkan”

(Allah) berfirman, “Benar, kamu termasuk yang diberi penangguhan waktu”

(Iblis) menjawab, “Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur”

(Allah) berfirman, “Keluarlah kamu dari sana (Surga) dalam keadaan hina dan terusir. Sesungguhnya barang siapa di antara mereka ada yang mengikutimu, pasti aku akan isi Neraka Jahannam dengan kamu semua.”

Suatu hari Iblis ingin bertobat kepada Allah, ia pun mendatangi Nabi Musa a.s., lalu menyampaikan sebuah pesan, “Jika engkau bermunajat kepada Tuhanmu, mintakan syafa'at untukku. Tanyakan kepada-Nya, apakah tobatku masih bisa diterima jika aku mau bertobat?”

Pada saat Nabi Musa a.s. bermunajat kepada Tuhan, lalu bertanya, “Wahai Tuhanku, apakah Engkau mau menerima tobatnya Iblis jika ia mau bertobat?”

Allah SWT menjawab, “Sudah termaktub dalam ilmu-Ku bahwa ia tidak akan pernah mau bertobat. Namun, Aku Maha Menerima Tobat lagi Maha Penyayang. Jika ia mau bertobat, ia akan sujud kepada Adam. Jika ia sekarang ini mau sujud pada kuburnya (mengakui dan mengagungkan Adam), Aku pun akan menerima tobatnya.”

Usai Nabi Musa a.s. pulang dari munajat, Iblis segera menemuinya seraya bertanya, “Wahai Musa, apakah engkau telah menyampaikan hajatku?”

Nabi Musa a.s. menjawab, “Masalahmu itu bergantung pada sujudmu kepada Adam”

Iblis pun dengan sombongnya berkata, “Semasa hidupnya saja aku tidak mau bersujud kepadanya, bagaimana mungkin aku mau bersujud, sedangkan kini ia sudah mati?”

Saat terjadi kiamat nanti, Allah SWT berfirman kepada Malaikat Maut “Sesungguhnya Aku telah menciptakan untukmu pasukan sebanyak manusia dari zaman dahulu sampai akhir ini. Aku telah menjadikanmu makhluk yang terkuat di langit dan di bumi. Sekarang, pada hari ini, Aku anugerahkan kepadamu pakaian kebencian dan kemurkaan. Pergilah engkau dengan mengenakan pakaian kebencian dan kemurkaan-Ku kepada yang Aku laknati dan Aku jauhkan rahmat-Ku, yakni Iblis. Rasakan kepadanya betapa sakitnya kematian itu. Bawalah rasa sakit kematian dengan berlipat ganda sejumlah bilangan jin dan manusia sejak dulu hingga akhir zaman dan dikumpulkan menjadi satu. Ajaklah Malaikat Penyiksa (Zabaniyyah) sebanyak 70.000 yang mempunyai mata rantai dengan Neraka Lazha. Mereka dipenuhi rasa benci dan murka yang membara. Lepaskan roh Iblis yang berbau busuk sebusuk 70.000 anjing Neraka Lazha. Perintahkan malaikat penjaga neraka untuk membuka pintu neraka buatnya.”

Malaikat Maut pun segera turun dengan wujud dan rupa sungguh menyeramkan. Seandainya makhluk di langit dan di bumi ini melihatnya, niscaya akan pingsan saking takutnya. Dalam sekejap, ia sudah sampai di hadapan Iblis, ia pun menghardiknya dengan sangat keras hingga Iblis pingsan. Setelah siuman, ia menjerit dengan suara sangat keras yang jika makhluk di langit dan di burrti ini mendengarnya, niscaya akan pingsan.

Malaikat Maut berkata, “Berhentilah engkau, wahai makhluk men­jijikkan! Pada hari ini, aku akan memberimu pedihnya kematian berlipat ganda sebanyak bilangan orang yang telah engkau sesatkan. Berapa banyak bangsa yang telah engkau sesatkan? Sudah berapa banyak temanmu berada di tengah-tengah Neraka Jahim? Akan lari ke mana engkau pada hari yang telah ditentukan Allah sejak dahulu kala ini?”

Iblis pun lari ke arah timur sejauh-jauhnya. Tiba di sana, Malaikat Maut sudah berada di hadapannya, la lalu lari ke arah selatan, tetapi Malaikat Maut sudah berada di hadapannya. Kemudian, ia menyelam ke dasar laut, tetapi laut tidak mau menerima kehadirannya dan memuntahkan kembali jasadnya. Iblis lari ke sana kemari di atas bumi, tetapi Malaikat Maut selalu berada di hadapannya.

Tidak ada tempat sejengkal pun yang luput dari kejaran Malaikat Maut. Iblis akhirnya berdiri di tengah-tengah bumi tempat Nabi Adam dan Hawa dikuburkan. Di hadapan kuburan Adam dan Hawa, Iblis berkata, “Gara-gara kamu, aku menjadi makhluk terlaknat dan jauh dari rahmat-Nya. Andai saja engkau tidak diciptakan, tidak begini jadinya!”

Lalu, Iblis berkata kepada Malaikat Maut, “Dengan gelas apa engkau akan memberikannya kepadaku?” (Maksudnya, dengan siksa apa engkau mau mencabut nyawaku?).

Malaikat Maut menjawab, “Dengan gelas orang yang berada di Neraka Lazha.” (Maksudnya, seperti siksaan ahli neraka dengan gelas ahli Neraka Saqardan Neraka Jahim secara berlipat ganda). Iblis pun berguling-guling di tanah sambil maraung-raung. la berlari dari timur ke barat dan sebaliknya sampai ia terperosok di suatu tempat yang berlubang besar. Di situ sudah dipersiapkan jeruji-jeruji beracun. Malaikat menusuk-nusuk jasadnya dengan tusukan beracun yang mematikan hingga bumi menjadi seperti bara api. Malaikat Zabaniyyah terus-menerus menusuknya sampai ia sekarat dalam siksaan dan kondisinya tidak dapat dibayangkan. Masya Allah!

Lalu, dikatakan kepada Adam dan Hawa, “Tengoklah musuh kalian dan lihatlah bagaimana ia sedang menjalani siksaan yang sangat berat!”

Adam dan Hawa menengoknya ke tempat Iblis sedang menjalani siksaan. Mereka berdua pun berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menyempurnakan nikmat-Mu kepada kami.”