Kisah Kelembutan Hati Rasulullah

Rasulullah adalah potret kelembutan hati yang sempurna. Sang teladan yang dipuji Allah sebagai nabi dengan akhlaknya berada di atas semua akhlak yang agung, kesabarannya menjadi manhaj dalam berdakwah, ucapan dan sikapnya lembut, dan perilakunya dalam setiap aktivitas dakwahnya adalah kelembutan, kecuali sikap yang membutuhkan ketegasan.

Kelembutan hati merupakan akhlak yang mampu mendekatkan kita kepada Islam. Kita bisa mencontoh Rasulullah dalam kelembutan hati dan kepedulian beliau terhadap orang lain. Rasulullah adalah pemimpin yang bijak dan mengerti apa yang dirasakan oleh umatnya. Bahkan hal yang di mata orang lain sepele pun, seperti saat mendengar tangisan bayi waktu shalat, beliau dengan kepekaannya mempercepat salat agar ibu dari bayi itu tidak terbebani. Tertulis dalam Hadis Sahih Riwayat al-Bukhari:

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنِّي لاَقُومُ فِي الصَّلاَةِ أُرِيدُ أَنْ أُطَوِّلَ فِيهَا، فَأَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِيِّ، فَأَتَجَوَّزُ فِي صَلاَتِي كَرَاهِيَةَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمِّهِ.

Dari Abu Qatadah, dari Nabi beliau bersabda: Suatu saat aku ingin memanjangkan shalat, namun aku mendengar tangisan bayi. Maka aku pendekkan salatku karena khawatir akan memberatkan ibunya (HR Bukhari)

Kita sering melihat kerempongan ibu-ibu yang membawa bayi saat salat berjamaah di masjid. Dan tak sedikit yang marah dan menegur sang ibu tatkala bayi tersebut menangis karena sebab. Teguran yang berisikan bahwa tangisan anaknya mengganggu kekhusyukan dan ketenangan salat.

Berbeda dengan sikap yang ditunjukkan sang pemilik hati lembut, ia akan memakluminya atau bahkan membantu sang ibu dalam menenangkan tangisan bayinya. Jika Rasulullah mencontohkan kelembutan hatinya dengan memperpendek bacaan saat mendengar tangisan saat salat, masih pantaskah kita bersikap kasar saat mendengar tangisan bayi saat salat?

Umat Islam seyogianya memiliki kelembutan hati dalam menghadapi situasi dan tantangan apa pun. Selain itu juga harus menyayangi dan meniliki rasa belas kasihan kepada sesamanya. Kelembutan itu tidak merugikan atau menjadikan dirinya ternilai rendah, justru berlembut hati itu membuat dirinya terlihat indah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadis:

فَإِنَّ الرِّفْقَ لَمْ يَكُنْ فِى شَىْءٍ قَطُّ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ نُزِعَ مِنْ شَىْءٍ قَطُّ إِلاَّ شَانَهُ

Sesungguhnya lemah lembut tidaklah ada pada sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali akan memperkeruhnya ” (HR. Abu Daud)

Pemaparan di atas bisa dijadikan motivasi bagi kita yang masih sering bersikap kasar dan gampang marah saat menghadapi beberapa situasi yang tidak mengenakkan. Sikap dan perilaku Rasulullah itu dicontohkan untuk umatnya agar senantiasa dekat dengan nila-nilai dasar Islam. Karena rahmat Allah, kita bisa bersikap lemah lembut kepada siapapu. Justru sekiranya kita sering bersikap keras dan berhati kasar, maka di sekitar kita akan menjauh dengan sendirinya.