Kisah Nabi Daud AS dan Ulat Merah yang Bisa Berbicara

Kisah Nabi Daud AS menjadi cerita yang menarik untuk disimak. Dia termasuk ke dalam kalangan Bani Israil dan memiliki garis keturunan Nabi Ibrahim AS.

Nabi Daud AS termasuk ke dalam salah satu dari 25 nabi yang namanya disebut dalam Al-Qur'an. Selain itu, ia juga merupakan raja yang cerdas, kuat, dan pemberani.

Dikisahkan dalam buku Kisah-kisah Terbaik Al-Qur'an tulisan Kamal As-Sayyid, sebagai seorang raja, Nabi Daud AS tidak pernah terlena akan kekayaannya. Sebaliknya, ia justru selalu bersyukur kepada Allah SWT.

Di samping itu, Nabi Daud AS juga dikaruniai suara yang indah dan menarik. Alhasil, siapapun yang mendengar suaranya akan terkesima.

Kisah Nabi Daud AS tersemat dalam Al-Qur'an surat Al Baqarah, surat, Al Anbiya, surat An Naml, surat Saba', dan surat Shad.

Nabi Daud AS merupakan seorang raja yang adil. Ia memerintah rakyatnya berdasarkan hukum Allah dan membela orang-orang yang tertindas. Dengan demikian, rakyat menjalani kehidupan yang bahagia semasa kepemimpinannya.

Disebutkan dalam buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul yang disusun oleh Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, Nabi Daud AS memiliki kerajaan yang kuat dan tidak dapat dikalahkan oleh musuh. Kerajaannya selalu memperoleh kemenangan atas semua musuhnya.

Mengutip dari buku Akidah Akhlak yang ditulis oleh Harjan Syuhada dan Fida' Abdilah, dalam kitab Imam Al-Ghazali diceritakan mengenai kisah Nabi Daud AS dengan seekor ulat.

Suatu hari, ketika Nabi Daud AS sedang duduk dalam suraunya sambil membaca kitab Zabur, tiba-tiba dia melihat seekor ulat merah di debu. Lalu, beliau berkata pada dirinya, “Apa yang dikehendaki Allah dengan ulat ini?”

Setelah Nabi Daud AS berkata demikian, Allah SWT mengizinkan ulat merah tersebut untuk berbicara kepada Nabi Daud, ia berkata:

“Wahai Nabi Allah! Allah telah mengilhamkan kepadaku untuk membaca “Subhanallahu walhamdulillahi wala ilaha illallahu wallahu akbar,” setiap hari sebanyak 1.000 kali dan pada malamnya Allah mengilhamkan kepadaku agar membaca “Allahuma salli ‘ala Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘ala alihi wa sahbihi wa sallam” setiap malam sebanyak 1.000 kali,”

Setelah ulat merah berkata seperti itu, Nabi Daud bertanya, “Apakah yang dapat kamu katakan kepadaku agar aku dapat manfaat darimu?”

Ketika Nabi Daud AS menyadari kekhilafannya memandang remeh ulat merah tersebut, dia jadi sangat takut kepada Allah SWT. Lantas, Nabi Daud AS bertobat dan menyerahkan diri kepada Allah.

Diturunkannya Kitab Zabur kepada Nabi Daud AS

Selain sebagai seorang raja yang bijaksana, Nabi Daud AS juga menerima kitab Zabur dari Allah SWT. Dalam buku Ilmu Tauhid tulisan A. Muzammil Alfan Nasrullah disebutkan bahwa kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud di Yerusalem atau Israel, tepatnya sekitar abad ke-10 sebelum masehi dalam bahasa tulisan Nabi Daud sendiri, yaitu Qibty.

Sejarah mengenai turunnya Zabur terjadi setelah Nabi Daud membunuh Jalur, seorang pria sombong yang tak mengimani Allah SWT.

Semasa mudanya, Nabi Daud AS menyertai tentara Bani Israil di bawah pimpinan Raja Thalut melawan bangsa Filistin yang dipimpin oleh Jalut atau Goliath.

Suatu hari, Daud mengasingkan diri sekaligus bertaubat pada Allah. Dalam pengasingannya, Daud memperbanyak bertasbih untuk memuliakan Allah SWT. Setelahnya, dia diangkat sebagai nabi dan diturunkan padanya kitab Zabur.

Peristiwa tersebut diterangkan dalam surat Al-Baqarah ayat 250-251.

وَلَمَّا بَرَزُوا۟ لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِۦ قَالُوا۟ رَبَّنَآ أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ

Arab latin: Wa lammā barazụ lijālụta wa junụdihī qālụ rabbanā afrig ‘alainā ṣabraw wa ṡabbit aqdāmanā wanṣurnā ‘alal-qaumil-kāfirīn

Artinya: “Tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdoa: “Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir,” (QS Al Baqarah ayat 250).

فَهَزَمُوهُم بِإِذْنِ ٱللَّهِ وَقَتَلَ دَاوُۥدُ جَالُوتَ وَءَاتَىٰهُ ٱللَّهُ ٱلْمُلْكَ وَٱلْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُۥ مِمَّا يَشَآءُ ۗ وَلَوْلَا دَفْعُ ٱللَّهِ ٱلنَّاسَ بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ ٱلْأَرْضُ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى ٱلْعَٰلَمِينَ

Arab latin: Fa hazamụhum bi`iżnillāh, wa qatala dāwụdu jālụta wa ātāhullāhul-mulka wal-ḥikmata wa ‘allamahụ mimmā yasyā`, walau lā daf'ullāhin-nāsa ba'ḍahum biba'ḍil lafasadatil-arḍu wa lākinnallāha żụ faḍlin ‘alal-‘ālamīn

Artinya: “Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam,” (QS Al Baqarah ayat 251).