Kisah Nabi Ibrahim Mencari Tuhan
Dalam agama Islam, kita diharapkan untuk ber-tauhid kepada Allah SWT tanpa ada keraguan. Juga berjanji dengan sepenuh hati untuk tidak menyekutukan atau menganggap ada kekuatan lain selain-Nya. Ini harga mati.
Hanya orang-orang yang mempunyai tauhid saja kelak di akhirat akan mendapatkan keberuntungan. Sementara yang musyrik, dosanya tidak akan diampuni oleh Allah SWT dan kelak akan mendapati kerugian.
Seperti hal nya kisah Nabi Ibrahim AS. Ketika untuk pertama kalinya beliau mengalami pengembaraan spiritual dalam mencari Tuhan.
Saat itu, beliau diminta oleh bapaknya yang kafir, Azar, untuk menjual patung-patung sesembahan. Ibrahim bertanya, “Untuk apa patung-patung ini? Pantaskan mereka kita menjadikan patung-patung ini sebagai Tuhan? Sungguh kita ini termasuk orang-orang yang sesat”, lanjut Ibrahim.
Tidak cukup itu saja, ketika malam telah tiba dan bintang bermunculan, Ibrahim menyangka bahwa itu semua adalah Tuhannya. Namun ketika lenyap, Ibrahim berujar, “Ini bukan Tuhanku. Tuhan tidak mungkin lenyap. Aku juga tidak menyukai sesuatu yang lenyap”.
Begitu juga ketika beliau melihat bulan. Beliau mengira bahwa bulan itu adalah Tuhannya, namun ketika bulan itu terbenam ia mengatakan, “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”,
Nabi Ibrahim ‘Menemukan' Tuhan
Terakhir, ketika beliau melihat matahari, beliau pun mengira bahwa itulah Tuhannya, sebab matahari secara kasat mata-memang kelihatannya lebih besar.
Beliau berujar, “Hadza akbar”, ini jauh lebih besar Namun tatkala sang surya terbenam, beliau berkata, “Hai kaumku, sesungguhnya aku terlepas dari apa yang kalian persekutukan”.
Setelah melalui perjalanan spiritual yang panjang itu, akhirnya beliau mengatakan,“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah”.
Masyaallah sungguh luar biasa kisah Nabi Ibrahim ini. Salah satu doa yang menggambarkan pengakuan tauhid secara utuh kepada Allah SWT sekaligus pengakuan kepada agama yang hanif (Islam) yaitu doa iftitah yang sering kita baca ketika melaksanakan sholat.
Doa Iftitah
Perlu diketahui, doa iftitah secara umum ada empat, meliputi Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Syafii dan Imam Maliki. Berikut ini adalah doa iftitah salah satu mazhab, yakni Imam Hambali.
اللّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بعدت بين المشرق والمغرب، اللهُمَّ نَقِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقِّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ منَ الدِّنَسِ، اللهُمَّ اعْسِي مِن خَطَايَايَ بِالمَاءِ وَالثّلج والبرد
“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan- kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan- kesalahanku sebagaimana dibersihkannya kain yang putih dari noda. Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, hujan es, dan air dingin.”
Dalam doa iftitah ini, kita memohon kepada Allah SWT agar sudilah kiranya Dia menjauhkan kita dari segala dosa, sebagaimana Dia menjauhkan antara barat dan timur. Dalam doa ini kita juga memohon kepada Allah SWT agar diampuni segala dosa yang diperbuat, sehingga dosa kita menjadi bersih suci, sebagaimana bersihnya pakaian dari segala noda.
Kemudian, doa iftitah Imam Syafii:
Lafazd Doa Iftitah Imam Syafi’iLafzd do’a iftitah yang dibaca oleh Imam Syafi’i ini merupakan doa umum, karena memang sangat banyak ummat islam diindonesia khususnya jika membaca do’a iftitah memakai do’a yang diajarkan oleh Imam Syafi’i.
اللهُ اَكْبَرُ كَبِرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا
اِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَالْااَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَ لِكَ اُمِرْتُ وَاَنَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Artinya: “Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya, segala puji hanya bagi Allah dengan pujian yang sangat banyak. Maha Suci Allah di waktu pagi dan petang. Sungguh aku hadapkan wajahku kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segenap kepatuhan atau tunduk, dan aku tidak termasuk dari golongan orang-orang yang menyekutukan-Nya. Sungguh sholatku, ibadahku, hidupku matiku hanyalah untuk Allah Tuhan alam Semesta, yang tidak punya sekutu bagi-Nya. Dengan demikian itulah aku diperintahkan. Dan aku adalah termasuk orang-orang muslim (Orang-orang yang berserah diri).”
Wallahua'lam.