Di antara sejumlah peristiwa besar yang terjadi pada masa hidup Ibrahim Al-Khalil adalah kisah kaum Luth, dan siksa merata yang menimpa mereka.
Luth adalah putra Haran bin Tarih, Tarih sendiri adalah Azar seperti yang telah disampaikan sebelumnya. Luth adalah keponakan Ibrahim Al-Khalil. Dengan demikian, Ibrahim, Haran dan Nahur adalah saudara, seperti telah dijelaskan sebelumnya. Menurut sumber berbeda, Haran yang ini adalah Bani Haran. Sumber ini tidak valid karena bertentangan dengan data yang dimiliki Ahli Kitab. Wallahu a'lam.
Luth pergi meninggalkan negeri pamannya, Ibrahim Al-Khalil, berdasarkan perintah dan izinnya. Luth kemudian singgah di kota Sodom di negeri Ghaur Zaghar. Sodom adalah ibukota negeri tersebut, juga perkampungan-perkampungan lain yang tergabung. Kota Sodom ini dihuni penduduk yang amat keji, amat ingkar, watak mereka sangat buruk, buruk lahir batin. Mereka merampok, melakukan perbuatan keji di tempat-tempat pertemuan, tidak saling melarang perbuatan mungkar yang mereka kerjakan. Sungguh amat buruk sekali perbuatan yang mereka lakukan.
Kaum Nabi Luth melakukan kekejian yang belum pernah dilakukan seorang manusia pun sebelumnya, yaitu homoseksual dan meninggalkan para wanita yang diciptakan Allah untuk dicampuri.
Luth menyeru untuk beribadah kepada Allah semata yang tiada memiliki sekutu, melarang melakukan hal-hal terlarang, keji dan mungkar, serta perbuatan-perbuatan yang menjijikan. Namun mereka lebih memilih untuk terus-menerus berada dalam kesesatan dan bersenang-senang. Mereka terus melakukan kekejian dan pengingkaran. Hingga akhirnya Allah menimpakan siksa pada mereka, siksa yang tiada mampu dihindari dan sama sekali tidak pernah mereka perhitungkan. Allah menjadikan mereka sebagai contoh dan pelajaran bagi seluruh umat manusia yang berakal.
Kisah Kaum Luth Dalam Al-Qur'an
Untuk itu, Allah menyebutkan kisah mereka di sejumlah tempat dalam kitab-Nya. Dalam surah Al-A'raf, Allah SWT berfirman, “Dan (Kami juga telah mengutus) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, ‘Mengapa kamu melakukan perbuatan keji, yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelum kamu (di dunia ini). Sungguh, kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesama lelaki bukan kepada perempuan. Kamu benar-benar kaum yang melampaui batas.' Dan jawaban kaumnya tidak lain hanya berkata, ‘Usirlah mereka (Luth dan pengikutnya) dari negerimu ini, mereka adalah orang yang menganggap dirinya suci.' Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikutnya, kecuali istrinya. Dia (istrinya) termasuk orang-orang yang tertinggal. Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu). Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang berbuat dosa itu.” (Al-A'raf: 80-83).
Dalam surah Hud, Allah SWT berfirman, “Dan para Kami (para malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan, ‘Selamat.' Dia (Ibrahim) menjawab, ‘Selamat! (atas kamu).' Maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka ketika dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, dia (Ibrahim) mecurigai mereka dan merasa takut pada mereka.
Mereka (malaikat) berkata, ‘Jangan takut, sesungguhnya kami diutus kepada kaum Luth.' Dan istrinya berdiri lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya kabar gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan setelah Ishaq (akan lahir) Ya'qub. Dia (istrinya) berkata, ‘Sungguh ajaib, mungkinkah aku akan melahirkan anak padahal aku sudah tua, dan suamiku sudah sangat tua? Ini benar-benar sesuatu yang ajaib.' Mereka (para malaikat) berkata, ‘Mengapa engkau merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat dan berkah Allah, dicurahkan kepada kamu, wahai Ahlulbait! Sesungguhnya, Allah Maha Terpuji, Maha Pengasih.'
Maka ketika rasa takut hilang dari Ibrahim dan kabar gembira telah datang kepadanya, dia pun bersoal jawab dengan (para malaikat) Kami tentang kaum Luth. Ibrahim sungguh penyantun, lembut hati dan suka kembali (kepada Allah). Wahai Ibrahim! Tinggalkanlah (perbincangan) ini sungguh, ketetapan Rabb-mu telah datang, dan mereka itu akan ditimpa azab yang tidak dapat ditolak. Dan ketika para utusan Kami (para malaikat) itu datang kepada Luth, dia merasa curiga dan dadanya merasa sempit karena (kedatangan))nya. Dia (Luth) berkata: ‘Ini hari yang sangat sulit.' Dan kaumya segera datang kepadanya. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan keji.
Luth berkata, ‘Wahai kaumku! Inilah puti-putri (negeri)ku mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap kaum ini. Tidak adakah di antaramu orang yang pandai?' Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya, engkau pasti tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan (syahwat) terhadap putri-putrimu; dan engkau mengetahui apa yang (sebenarnya) kami kehendaki.' Dia (Luth) berkata, ‘Sekiranya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan).'
Mereka (para malaikat) berkata, ‘Wahai Luth! Sesungguhnya, kami adalah para utusan Rabbmu, mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah beserta keluargamu pada akhir malam dan jangan ada seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang, kecuali istrimu. Sesungguhnya, dia (juga) akan ditimpa (siksaan) yang menimpa mereka. Sesungguhnya, saat terjadinya siksaan bagi mereka itu pada waktu subuh. Bukankah subuh itu sudah dekat?' Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkirbalikkan negeri kaum Luth dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar, yang diberi tanda oleh Rabbmu. Dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang yang zalim'.” (Hud: 69-83).
Dalam surah Al-Hijr, Allah SWT berfirman, “Dan kabarkanlah (Muhammad) kepada mereka tentang tamu Ibrahim (malaikat). Ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan, ‘Salam'. Dia (Ibrahim) berkata, ‘Kami benar-benar merasa takut kepadamu.' (Mereka) berkata, ‘Janganlah engkau merasa takut, sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang pandai (Ishaq).'
Dia (Ibrahim) berkata, ‘Benarkah kamu memberi kabar gembira kepadaku padahal usiaku telah lanjut, lalu (dengan cara) bagaimana kamu memberi (kabar gembira) tersebut?' (Mereka) menjawab, ‘Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah engkau termasuk orang yang berputus asa.' Dia (Ibrahim) berkata, ‘Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang yang sesat.' Dia (Ibrahim) berkata, ‘Apakah urusanmu yang penting, wahai para utusan?' (Mereka) menjawab, ‘Sesungguhnya, kami pasti menyelamatkan mereka semuanya, kecuali isterinya, kami telah menentukan, bahwa dia termasuk orang yang tertinggal (bersama orang kafir lainnya).'
Maka ketika utusan itu datang kepada para pengikut Luth, dia (Luth) berkata, ‘Sesungguhnya, kamu orang yang tidak kami kenal.' (Para utusan) menjawab, ‘Sebenarnya kami ini datang kepadamu membawa azab yang selalu mereka dustakan. Dan kami datang kepadamu membawa kebenaran dan sungguh, kami orang yang benar. Maka pergilah kamu pada akhir malam beserta keluargamu, dan ikutilah mereka dari belakang. Jangan ada di antara kamu yang menoleh ke belakang dan teruskanlah perjalanan ke tempat yang diperintahkan kepadamu.'
Dan telah Kami tetapkan kepadanya (Luth) keputusan itu, bahwa akhirnya mereka akan ditumpas habis pada waktu subuh. Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena kedatangan tamu itu). Dia (Luth) berkata, ‘Mereka itulah putri-putri (negeri)ku (nikahlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat.' (Allah berfirman), ‘Demi umurmu (Muhammad), sungguh, mereka terombang-ambing dalam kemabukan (kesesatan).'
Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit. Maka Kami jungkirbalikkan (negeri itu) dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras. Sungguh, pada yang orang yang memperhatikan tanda-tanda dan sungguh, (negeri) itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia). Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang beriman'.” (Al-Hijr: 51-57)
Dalam surah Asy-Syu'ara, Allah SWT berfirman, “Kaum Luth telah mendustakan para rasul, ketika saudara mereka Luth berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa?' Sungguh, aku ini seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku tidak meminta imbalan kepadamu atas ajakan itu; imbalanku hanyalah dari Tuhan seluruh alam. Mengapa kamu mendatangi jenis laki-laki di antara manusia (berbuat homoseks), dan kamu tinggalkan (perempuan) yang diciptakan Tuhan untuk menjadi istri-istri kamu? Kamu (memang) orang-orang yang melampaui batas.' Mereka menjawab, ‘Wahai Luth! Jika engkau tidak berhenti, engkau termasuk orang yang terusir.'
Dia (Luth) berkata, ‘Aku sungguh benci kepada perbuatanmu.' (Luth berdoa), ‘Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dan keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan.' Lalu Kami selamatkan dia bersama keluarganya semua, kecuali seorang perempuan tua (istrinya), yang termasuk dalam golongan yang tinggal. Kemudian Kami binasakan yang lain. Dan Kami hujani mereka (dengan hujan batu), maka berapa buruk hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu. Sungguh, pada yang demikain itu terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sungguh, Rabbmu, Dialah Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang'.” (Asy-Syu'ra: 160-175).
Dalam surah An-Naml, Allah SWT berfirman, “Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika dia berkata pada kaumnya, ‘Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah (keji), padahal kamu melihatnya (kekejian perbuatan maksiat itu)?' Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) syahwat(mu), bukan (mendatangi) perempuan? Sungguh, kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu). Jawaban kaumnya tidak lain hanya dengan mengatakan, ‘Usirlah Luth dan keluarganya dari negerimu; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang (menganggap dirinya) suci.' Maka Kami selamatkan dia dan keluarganya, kecuali istrinya. Kami telah menentukan dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu), maka sangat buruklah hujan (yang ditimpakan) pada orang-orang yang diberi peringatan itu (tetapi tidak mengindahkan)'.” (An-Naml: 54-48)
Dalam suah Al-Ankabut, Allah SWT berfirman, “Maka Luth membenarkan (kenabian Ibrahim). Dan dia (Ibrahim) berkata, ‘Sesungguhnya, aku harus berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku; sungguh, Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.' Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub, dan Kami jadikan kenabian dan kitab kepada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia; dan sesungguhnya dia di akhirat, termasuk orang yang saleh.
Dan (ingatlah) ketika Luth berkata kepada kaumnya, ‘Kamu benar-benar melakukan perbuatan yang sangat keji (homoseksual) yang belum pernah dilakukan oleh seornag pun dari umat-umat sebelum kamu. Apakah pantas kamu mendatangi laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuan?' Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan, ‘Datangkanlah kepada kamu azab Allah, jika engkau termasuk orang-orang yang benar.' Dia (Luth) berdoa, ‘Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas golongan yang berbuat kerusakan itu.' Dan ketika utusan Kami (para malaikat) datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengatakan, ‘Sungguh, kami akan membinasakan penduduk kota (Sodom) ini karena penduduknya sungguh orang-orang zalim.'
Ibrahim berkata, ‘Sesungguhnya, di kota itu ada Luth.' Mereka (para malaikat) berkata, ‘Kami lebih mengetahui siapa yang ada di kota itu. Kami pasti akan menyelamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya. Dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).' Dan ketika para utusan Kami (para malaikat) datang kepada Luth, dia merasa bersedih hati karena (kedatangan) mereka, dan (merasa) tidak merasa bersedih hati karena (kedatangan) mereka, dan mereka (para utusan) berkata, ‘Janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati. Sesungguhnya, Kami akan menyelamatkanmu dan pengikut-pengikutmu, kecuali istrimu, dia termasuk orang-orang yang tinggal (dibinasakan).'
Sesungguhnya, Kami akan menurunkan azab dari langit kepada penduduk kota ini karena mereka berbuat fasik. Dan sungguh, tentang itu telah Kami tinggalkan suatu tanda nyata bagi orang-ornag yang mengerti'.” (Al-Ankabut: 28-35)
Dalam surah Asy-Shaffat, Allah SWT berfirman, “Dan sungguh, Luth benar-benar termasuk salah seorang rasul. (Ingatlah) ketika Kami telah menyelamatkan dia dan pengikutnya semua, kecuali seorang perempuan tua (istrinya) bersama-sama orang yang tinggal (di kota). Kemudian Kami biansakan orang-orang yang lain. Dan sesungguhnya kamu (penduduk Mekkah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas) mereka pada waktu pagi, dan pada waktu malam. Maka mengapa kamu tidak mengerti?” (Ash-Shaffat: 133-138)
Dalam surah Adz-Dzariyat, setelah menyebutkan kisah tamu Ibrahim dan berita gembira kelahiran seorang anak yang mereka sampaikan padanya, Allah SWT berfirman, “Dia (Ibrahim) berkata, ‘Apakah urusanmu yang penting wahai para utusan?' Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya, kami diutus kepada kaum yang berdosa (Kaum Luth), agar Kami menimpa mereka dengan batu-batu dari tanah (yang keras), yang ditandai dari Rabbmu untuk (membinasakan) orang-orang yang melampaui batas.' Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berasa di dalamnya (negeri kaum Luth) itu. Maka Kami tidak mendapati di dalamnya (negeri itu), kecuali sebuah rumah dari orang-orang Muslim (Luth). Dan Kami tinggalkan padanya (negeri itu) suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada azab yang pedih'.” (Adz-Dzariyat: 31-37).
Dalam surah Al-Qamar, Allah SWT berfirman, “Kaum Luth pun telah mendustakan peringatan itu. Sesungguhnya, Kami kirimkan kepada mereka badai yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Luth. Kami selamatkan mereka sebelum fajar menyingsing, sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Dan sungguh, dia (Luth) telah memperngatkan mereka akan hukuman Kami, tetapi mereka mendustakan peringatan-Ku. Dan sungguh, mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan peringatan-Ku! Dan sungguh, pada ke esok harinya mereka benar–benar ditimpa azab yang tetap. Maka rasakanlah azab-Ku dan peringatan-Ku! Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar: 33-40)
Kisah-kisah di atas sudah kita bicarakan di tempatnya masing-masing dalam surah –surah di atas dalam kitab tafsir.
Allah menyebutkan kisah Luth dan kaumnya di sejumlah tempat lainnya dalam Al-Qur'an. Semuanya sudah disinggungkan bersamaan dengan kisah Nuh, Ad dan Tsamud.
Ketika Luth as menyeru mereka untuk beribadah hanya kepada Allah SWT semata, yang tiada memiliki sekutu dan melarang mereka melakukan kekejian seperti yang Allah sebutkan, mereka tidak menerima seruannya juga tidak beriman kepadanya bahkan satu orang pun tidak ada. Mereka enggan meninggalkan perbuatan yang dilarang, dan tetap saja seperti itu. Mereka tidak memberikan tanggapan apa pun selain dengan menyatakan, karena memang mereka tidak punya akal, “Usirlah Luth dan keluarganya dari negerimu; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang (menganggap dirinya) suci.” (An-Naml: 56). Mereka mencela Luth dengan kata-kata yang seharusnya diucapkan sebagai pujian. Inti celaan mereka adalah mengusir Luth. Tidak ada motif apa pun yang mendorong mereka melontarkan kata-kata seperti itu selain pembangkangan dan sikap keras kepala.
Allah kemudian menyucikan Luth dan keluarganya, kecuali istrinya. Allah mengeluarkan mereka dari Sodom dengan baik, dan meninggalkan mereka dari tempat itu untuk selamanya, yang diubah Allah menjadi danau dengan bau busuk menyengat dan bergelombang, yang pada hakikatnya adalah api yang berkobar, dan airnya asin lagi pahit.
Itula jawaban yang mereka lontarkan saat dilarang melakukan petaka dan kekejian besar yang belum pernah dilakukan seorang manusia pun di dunia. Itulah mengapa mereka menjadi contoh dan pelajaran bagi mereka yang melakukan kekejian serupa.
Selain kekejian tersebut, mereka juga gemar merampok, mengkhianati kawan, melakukan kemungkaran di tempat-tempat pertemuan, baik dengan tutur kata ataupun tindakan, dengan berbagai macam jenisnya. Bahkan menurut salah satu sumber, mereka beradu kentut di tempat-tempat perkumpulan tanpa merasa malu dengan teman-teman di dekatnya, bahkan kadang sebagian diantara mereka melakukan kejahatan besar di tempat-tempat pesta tanpa mau mendengar nasihat ataupun peringatan orang lain untuk menghentikan perbuatan saat itu, tidak pula mau menyesali dosa-dosa yang lalu, juga tidak punya niat untuk berubah pada masa mendatang. Akhirnya, Allah menimpakan siksaan keras pada mereka.
Mereka mengatakan pada Luth, “Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika engkau termasuk orang-orang yang benar.” (Al-Ankabut: 29). Mereka meminta agar azab pedih dan siksaa besar yang diancamkan agar ditimpakan pada mereka.
Saat itulah Luth memanjatkan doa keburukan terhadap mereka, memohon kepada Rabb seluruh alam, Ilah para rasul, agar menolongnya atas kaum yang berbuat kerusakan.
Allah merasa cemburu karena kecemburuan Luth, murka karena Luth marah, mengabulkan doanya, memperkenankan permintaannya, dan mengutus para utusan mulia dari kalangan malaikat, mereka adalah malaikat-malaikat besar. Mereka mampir di tempat Ibrahim Al-Khalil dan menyampaikan berita gembira kelahiran anak yang pandai (Ishaq). Mereka memberitahukan urusan besar dan petaka merata yang akan mereka timpakan pada kaum Luth. “Dia (Ibrahim) berkata, ‘Apakah urusanmu yang penting wahai para utusan?' Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya, kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum Luth), agar Kami menimpa mereka dengan batu-batu dari tanah (yang keras), yang ditandai dari Rabbmu untuk (membinasakan) orang-orang yang melampaui batas'.” (Adz-Dzariyat: 31-37).
“Dan ketika utusan Kami (para malaikat) datang kepada ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengatakan, ‘Sungguh, kami akan membinasakan penduduk kota (Sodom) ini karena penduduknya sungguh orang-orang zalim.' Ibrahim berkata, ‘Sesungguhnya, di kota itu ada Luth.' Mereka (para malaikat) berkata, ‘Kami lebih mengetahui siapa yang ada dikota itu. Kami pasti akan menyelamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya. Dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan)'.” (Al-Ankabut: 31-32)
“Maka ketika rasa takut hilang dari Ibrahim dan kabar gembira telah datang kepadanya, dia pun bertanya jawab dengan (para malaikat) Kami tentang kaum Luth.” (Hud: 74). Ibrahim mempersoalkan kaum Luth karena ia berharap mereka mau menerima seruan Luth, bertobat berserah diri, meninggalkan semua dosa dan kesalahan, serta kembali ke jalan kebenaran.
Karena itu Allah SWT berfirman, “Ibrahim sungguh penyantun, lembut hati dan suka kembali (kepada Allah). Wahai Ibrahim! Tinggalkanlah (perbincangan) ini, sungguh, ketetapan Rabbmu telah datang, dan mereka itu akan ditimpa azab yang tidak dapat ditolak.” (Hud: 75-76). Yaitu, jangan lagi membicarakan persoalan ini, bicarakan saja masalah lain, karena siksaan yang akan ditimpakan ini sudah menjadi keniscayaan bagi mereka. Mereka harus tertimpa siksa, dihancurkan dan dibinasakan. “Sungguh, ketetapan Rabbmu telah datang,” yaitu ketetapan siksa itu telah diputuskan oleh Dzat yang perintah, azab dan hukuman-Nya tidak tertolak. “Dan mereka itu akan ditimpa azab yang tidak dapat ditolak.”
Sa'id bin Jubair, As-Suddi, Qatadah dan Muhammad bin Ishaq menyebutkan, Ibrahim mengatakan, “Apakah kalian akan membinasakan penduduk suatu perkampungan yang ada disana ada 300 orang mukmin?” “Tidak,” jawab para malaikat. Ibrahim kembali mengatakan, ‘Apakah kalian akan membinasakan penduduk suatu perkampungan yang disana ada 14 orang mukmin?' ‘Tidak,' jawab para malaikat. Ibnu Ishaq meneruskan, ‘Ibrahim sampai mengatakan, ‘Bagaimana menurut kalian jika di sana ada satu orang mukmin?' ‘Tidak, (kami tidak akan membinasakan mereka), jawab para malaikat. ‘Kami lebih mengetahui siapq yang ada di kota itu.” (Al-Ankabut: 32).
Menurut versi Ahli Kitab, Ibrahim mengatakan, “Ya Rabb! Apakah Engkau akan membinasakan mereka, sementara di antara mereka ada 50 orang saleh,' Ibrahim menyebut hingga sepuluh orang, lalu Allah berfirman, ‘Tidak, Aku tidak akan membinasakan mereka, sementara di sana ada sepuluh orang saleh'.”
Allah SWT berfirman, “Dan ketika para utusan Kami (para malaikat) itu datang kepada Luth, dia merasa curiga dan dadanya merasa sempit karena (kedatangan)nya. Dia (Luth) berkata, ‘Ini hari yang sangat sulit'.” (Hud: 77). Para mufassir menjelaskan, setelah para malaikat pergi meninggalkan Ibrahim, mereka adalah Jibril, Mikail dan Israfil, mereka terus berlalu hingga tiba di bumi Sodom dalam wujud pemuda-pemuda tampan sebagai ujian dari Allah untuk kaum Luth, juga untuk menegakkan hujah bagi mereka. Mereka bertamu ke kediaman Luth saat matahari terbenam. Luth merasa khawatir jika tidak mempersilahkan mereka datang bertamu, akan dijamu oleh orang lain.
“Dia merasa curiga dan dadanya merasa sempit karena (kedatangan)nya. Dia (Luth) berkata, ‘Ini hari yang sangat sulit ‘.” Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah dan Muhammad bin Ishaq menafsirkan; amat keras siksanya. Karena pada malam ini Luth melindungi tamu-tamu itu dari gangguan kaumnya, seperti yang ia lakukan pada tamu-tamu lain saat berkunjung ke kediaman Luth. Sebelumnya, kaum Luth telah melarangnya untuk tidak menerima tamu lelaki. Namun, Luth melihat sesuatu yang sudah tidak mungkin lagi bisa dihindari.
Qatadah menyebutkan, para malaikat mendatangi Luth disebuah sawah ladang miliknya, ia tengah bekerja di sana saat itu. mereka meminta untuk dijamu, namun Luth merasa malu pada mereka. Luth berlalu di depan mereka dan menyampaikan sesuatu dengan bahasa kiasan, maksudnya agar mereka segera meninggalkan perkampungan ini dan singgah di perkampungan lain. Luth berkata kepada mereka, “Demi Allah! Wahai, kalian yang datang! Aku tidak mengetahui penduduk perkampungan ini.' Setelah itu Luth berjalan sesaat, lalu mengulangi lagi kata-katanya hingga empat kali. Para malaikat sudah diperintahkan untuk tidak membinasakan penduduk Sodom sebelum nabi mereka memberikan kesaksian akan kejahatan dan keburukan mereka'.”[1]
As-Suddi menuturkan, “Para malaikat pergi meninggalkan Ibrahim menuju perkampungan Luth. Mereka datang di perkampungan itu pada tengah hari. Begitu tiba di sungai Sodom, mereka berpasangan dengan putri Nabi Luth yang tengah mengambil air untuk keperluan keluarga. Luth memiliki dua putri, yang sulung bernama Ritsa dan yang bungsu bernama Zagharta. Para malaikat bertanya padanya, ‘Adakah rumah yang bisa kami singgahi?' ‘Ada. Tapi tunggu dulu, jangan masuk perkampungan ini terlebih dulu sampai aku menemui kalian lagi,' jawabnya. Hal ini ia lakukan karena merasa iba terhadap para tamu itu, jika nanti diperlakukan kaumnya secara tidak senonoh.
Ia pun menyampaikannya kepada ayahnya setelah pulang, ‘Ayah! Ada sejumlah pemuda ingin menemuinya di dekat pintu gerbang kota. Belum pernah aku melihat suatu kaum pun wajahnya lebih tampan dari mereka. Jangan sampai kaummu menjamu mereka karena pasti akan mencemarkan (nama baik kita) di hadapan mereka.' Kaum Luth sudah melarangnya untuk tidak menjamu tamu lelaki. Mereka berkata, ‘Biarkan kami saja yang menjamu para tamu lelaki.'[2]
Luth kemudian membawa mereka ke rumah tanpa diketahui seorang pun selain keluarganya. Istrinya kemudian keluar dan memberitahukan kaumnya, ia berkata, ‘Di rumah Luth ada beberapa lelaki. Belum pernah aku melihat orang setampan mereka.' Akhirnya kaum Luth segera berdatangan.
Firman-Nya, “Sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan keji.” (Hud: 78). Yaitu, disamping perbuatan keji yang mereka lakukan, banyak lagi dosa-dosa besar yang dulu mereka lakukan. “Luth berkata, ‘Wahai kaumku! Inilah putri-putri (negeri)ku mereka lebih suci bagimu'.” (Hud: 78). Luth menasihati mereka untuk menggauli istri-istri mereka, yang mana mereka adalah putri-putri Luth secara syar'i, karena seorang nabi adalah ayah bagi umatnya, seperti yang disebutkan dalam hadist, juga firman Allah, “Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka.” (Al-Ahzab: 6). Disebutkan dalam perkataan sebagian sahabat dan salaf, “Dia adalah ayah bagi mereka.” Ini senada dengan kata-kata Luth, “Mengapa kamu mendatangi jenis laki-laki diantara manusia (berbuat homoseks), dan kamu tinggalkan (perempuan) yang diciptakan Tuhan untuk menjadi istri-istri kamu? Kamu (memang) orang-orang yang melampaui batas.” (Asy-Syu'ara: 165-166).
Demikian yang dinyatakan Mujahid, Sa'id bin Jubair, Rabi' bin Anas, Qatadah, As-Suddi, dan Muhammad bin Ishaq, dan pernyataan ini adalah benar.
Pendapat lainnya bersumber dari Ahli Kitab. Pendapat ini keliru. Ahli kitab keliru dalam hal ini, karena mereka menyatakan bahwa malaikat yang datang berjumlah dua orang dan mereka sempat makan malam di tempat Ibrahim. Dalam kisah ini, Ahli Kitab rancu sekali.
Firman-Nya melaui lisan Luth, “Maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu orang yang pandai?” (Hud: 78). Luth melarang mereka melakukan kekejian yang tidak patut. Pernyataan ini sekaligus merupakan kesaksian Luth terhadap mereka bahwa tak seorang pun di antara mereka yang punya sisi kebaikan, semuanya bodoh, keji meski kuat, semuanya kafir dan tolol. Inilah salah satu kesaksian yang ingin didengar para malaikat dari Luth, sebelum mereka tanyakan.
Setelah mendengar perintah untuk melakukan tindakan benar, kaumnya, semoga laknat Allah Yang Maha Terpuji lagi Agung menimpa mereka, memberi tanggapan, “Sesungguhnya, engkau pasti tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan (syahwat terhadap putri-purimu; dan engkau tentu mengetahui apa yang (sebenarnya) kami kehendaki.” (Hud: 78). Mereka berkata pada Luth, “Kau tahu. Wahai Luth, kami tidak punya hasrat terhadap putri-putrimu dan kau pun tahu apa yang kami inginkan.”
Mereka hadapi rasul mulia itu dengan kata-kata keji tanpa sedikit pun takut akan hukuman dan siksaan Pemilik azab pedih. Karena itu, Luth pun mengatakan, “Sekiranya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan).” (Hud: 79). Luth berharap andai saja ia memiliki kekuatan untuk menolak mereka, andai saja Luth memiliki kabilah yang bisa membelanya melawan mereka, agar mereka menerima siksaan sepatutnya atas kata-kata yang mereka sampaikan itu.
Zuhri meriwayatkan dari Sa'id bin Musayyib dan Abu Salamah dari Abu Hurairah secara marfu', “Kami lebih patut untuk ragu melebihi Luth, ia berlindungan pada tiang yang kuat. Andai aku berada di dalam penjara seperti (lamanya) Yusuf dipenjara, tentu aku (segera) menerima seruan penyeru (untuk segera keluar dari penjara).” Hadist ini juga diriwayatkan Abu Zanad dari Al A'raj dari Abu Hurairah.[3]
Muhammad bin Amr bin Alqamah meriwayatkan dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Semoga Allah merahmati Luth, ia berlindung kepada tiang yang kuat, yaitu Allah ‘Azza wa Jalla. Tidaklah Allah mengutus seorang nabi pun sesudahnya , melainkan berasal dari kaumnya yang paling tinggi nasabnya.”[4]
Allah SWT berfirman, “Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena kedatangan tamu itu). dia (Luth) berkata, ‘Sesungguhnya, mereka adalah tamuku; maka jangan kamu mempermalukan aku, Dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina.' (Mereka) berkata, ‘Bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia?' Dia (Luth) berkata, ‘Mereka itulah putri-putri (negeri)ku (nikahlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat',” (Al-Hijr: 67-71). Luth memerintahkan mereka untuk menggauli istri-istri mereka untuk terus melakukan keburukan.
Seperti itulah, mereka tidak mau berhenti ataupun mengerti. Setiap kali dilarang, mereka malah mengganggu tamu-tamu itu. Mereka tidak mengetahui putusan takdir apa yang akan menimpa mereka, dan akan menjadi apa pada pagi harinya.
Karena itulah, Allah SWT berfirman seraya bersumpah dengan menyebut kehidupan Nabi Muhammad SAW, “Demi umurmu (Muhammad), sungguh, mereka terombang-ambing dalam kemabukan (kesesatan).” (Al-Hijr: 72). Allah SWT berfirman, “Dan sungguh, dia (Luth) telah memperingatkan mereka akan hukuman Kami, tetapi mereka mendustakan peringatan-Ku. Dan sungguh, mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan peringatan-Ku! Dan sungguh, pada esok harinya mereka benar-benar ditimpa azab yang tetap.” (Al-Qamar: 36-38).
Para malaikat menghampiri Luth lalu memerintahkannya untuk pergi bersama keluarganya pada akhir malam. ” Dan jangan ada seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang” (Hud: 81). Yaitu saat mendengar suara azab menimpa kaumnya. Para malaikat memerintahkan Luth agar berjalan di belakang keluarganya layaknya menggiring mereka.
Firman-Nya, ” Kecuali istrimu,” dengan dibaca nashab, [1] kemungkinan kata ini pengecualian dari firman, ” Sebab itu pergilah beserta keluargamu,” seakan-akan Allah berfirman, ” Kecuali istrimu, jangan kau ajak dia.” Kemungkinan juga pengecualian dari kata, “Dan jangan ada seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang, kecuali istrimu,” yaitu ia pasti menoleh lalu tertimpa seperti yang menimpa mereka. Kemungkinan ini diperkuat qiraah rafa'. Hanya saja kemungkinan pertama lebih kuat dari sisi makna. Wallahu a'lam.
As-Suhaili menyebutkan, “Nama istri Luth adalah Walahah, sementara istri Nuh adalah Walaghah..”
Para malaikat berkata kepada Luth seraya menyampaikan berita gembira akan kebinasaan orang-orang lalim, semena-mena, terlaknat, dan mereka yang serupa, yang dijadikan Allah sebagai contoh dan pelajaran bagi setiap pengkhianat lagi peragu, “Sesungguhnya, saat terjadinya siksaan bagi mereka itu pada waktu subuh. Bukankah subuh itu sudah dekat?” (Hud: 81).
Setelah Luth beserta keluarganya keluar dari negeri Sodom dan matahari terbit, saat itulah putusan Allah yang tidak dapat terelakkan dan siksa keras yang tidak dapat ditolak menimpa mereka.
Kisah Pembinasaan Kaum Nabi Luth
Versi Ahli Kitab, para malaikat memerintahkan Luth untuk naik ke puncak gunung di sana, namun Luth merasa kejauhan dan meminta untuk pergi ke perkampungan terdekat. Para malaikat kemudian berkata, “Silakan kau pergi, kami menunggumu, setelah kau berada disana, kami akan menimpakan azab pada mereka.” Mereka menyebutkan, Luth pergi ke kampung Shau'ar yang oleh banyak orang disebut Ghaur Zaghar. Saat matahari terbit, siksaan itu pun menimpa mereka.
Allah SWT berfirman, ” Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkirbalikkan negeri kaum Luth, dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar, yang diberi tanda oleh Rabbmu. Dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang yang zalim.” (Hud: 82-83).
Ahli kitab menyebutkan, Jibril mencabut negeri mereka dengan ujung sayapnya, semuanya terdiri dari tujuh kota, termasuk semua orang yang ada di atasnya. Ahli kitab menyebut, mereka berjumlah 400 jiwa. Yang lain menyebut 400 jiwa, termasuk hewan-hewan, juga kawasan dan sejumlah tempat lainnya. Jibril mengangkat negeri itu hingga mencapai awan, kemudian setelah para malaikat mendengar kokok ayam dan lolongan anjing, Jibril membalik negeri tersebut, bagian atas dijadikan bawah. Mujahid menyatakan, bagian yang berjatuhan adalah tanah-tanah tinggi negeri tersebut.
” Dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar,” sijjil adalah bahasa Persia yang diarabisasi, yang artinya kuat. Mandhud artinya bertubi-tubi menurun menimpa mereka dari langit. ” Yang diberi tanda,” yaitu diberi tanda, di setiap batu sudah tertulis nama orang yang akan ditimpa hingga kepalanya pecah, seperti disampaikan Allah dalam ayat berbeda, “Yang ditandai dari Rabbmu untuk (membinasakan) orang-orang yang melampaui batas.” (Adz-Dzariyat: 34). ” Dan Kami hujani mereka (dengan hujan batu), maka betapa buruk hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu.” (Asy-Syu'ara: 173). ” Dan negeri-negeri kaum Luth yang telah dihancurkan Allah. Lalu Allah menimpakan atas negeri itu azab besar yang menimpanya. Maka terhadap nikmat Rabbmu yang manakah kamu ragu-ragu?” (An-Najm: 53-55). Yaitu Allah membalikkan negeri mereka, bagian atas dijadikan bawah, lalu ditimpa hujan bebatuan yang amat kuat secara bertubi-tubi, semuanya sudah diberi tanda, setiap batu sudah ada nama orang yang akan ditimpa, baik yang ada di negeri tersebut maupun yang tidak ada disana yang tengah bepergian dan merantau.
Menurut salah satu sumber, istri Luth tinggal bersama kaumnya. Sumber lain menyebutkan, ia ikut keluar bersama suami dan kedua putrinya. Namun saat melihat suara menggelegar dan jatuhnya negeri tersebut, ia menoleh ke arah kaumnya, melanggar perintah Allah sejak dulu hingga saat itu. Ia mengucapkan, ” Duhai kaumku!” Akhirnya, ia tertimpa batu hingga kepalanya pecah, dan menyusul kaumnya, karena memeluk agama kaumnya. Selain itu, ia juga berperan sebagai mata-mata yang menginformasikan adanya tamu di kediaman Luth.
Seperti yang Allah firmankan, ” Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh dan istri Luth. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kam: lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksaan) Allah; dan dikatakan (kepada kedua istri itu), ‘Masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)'.” (At-Tahrim: 10). Yaitu keduanya berkhianat kepada suami, dan tidak mengikuti agama suami. Maksudnya bukan berkhianat dengan berselingkuh, bukan seperti itu, karena Allah tidak menakdirkan seorang Nabi pun memiliki istri yang berselingkuh. Sebagaimana yang disampaikan Ibnu Abbas dan Imam Salaf serta khalaf lainnya, “Tidak ada seorang istri nabi pun yang berselingkuh.” Salah besar bagi yang menyatakan tidak demikian.
Allah SWT berfirman terkait berita dusta kala menurunkan pembebasan Ummul Mukminin binti Abu Bakar Ash-Shiddiq, istri Rasulullah SAW, di kala para pembohong menyebarkan berita dusta. Allah menegur keras, menasihati dan mengingatkan kaum mukminin melalui firman-Nya, ” (Ingatlah) ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar. Dan mengapa kamu tidak berkata ketika mendengarnya, ‘Tidak pantas bagi kita membicarakan ini. Mahasuci Engkau, ini adalah kebohongan yang besar'.” (An-Nur: 15-16). Yaitu, Mahasuci Engkau jika istri nabi-Mu seperti itu.
Allah SWT berfirman, “Dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang yang zalim.” (Hud: 83). Yaitu, siksaan seperti ini tidaklah jauh dari orang-orang yang melakukan tindakan serupa.
Karena itu sebagian ulama berpendapat, pelaku homoseksual dihukum rajam, baik sudah pernah menikah ataupun belum. Demikian dinyatakan Asy-Syafi'i, [1] Ahmad bin Hanbal dan sejumlah imam lainnya.
Dalil lain yang mereka jadikan sandaran adalah riwayat Imam Ahmad dan para pemilik kitab Sunan dari hadist Amr bin Abu Amr, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang kalian dapati melakukan perbuatan kaum Luth (Homoseksual), maka bunuhlah si pelaku dan yang diperlakukan.” [2]
Abu Hanifah berpendapat, pelaku homoseksual dilemparkan dari puncak gunung dan dilempari seperti siksaan yang menimpa kaum Luth, berdasarkan firman Allah SWT, ” Dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang yang zalim.” (Hud: 83).
Kota Sodom Menjadi Danau yang Tidak Bermanfaat
Allah mengubah tempat negeri tersebut menjadi danau berbau menyengat, airnya tidak bisa dimanfaatkan, seperti itu juga dengan kawasan-kawasan di sekitarnya karena kerusakan dan kehinaan yang ada, agar menjadi pelajaran, contoh, nasihat, sekaligus tanda kekuasaan, kebesaran, dan keperkasaan Allah dalam memberikan hukuman terhadap siapa pun yang menentang perintah-Nya, mendustakan para rasul-Nya, mengikuti hawa nafsu, dan durhaka kepada-Nya. Juga menjadi bukti rahmat-Nya terhadap hamba-hamba yang beriman, bagaiman Allah menyelamatkan mereka dari kebiasaan, mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya, seperti yang Allah sampaikan, ” Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sungguh, Rabbmu Dialah Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang.” (Asy-Syu'ara: 8-9).
Allah SWT berfirman, ” Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit. Maka Kami jungkirbalikkan (negeri itu) dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang memperhatikan tanda-tanda, dan sungguh, (negeri) itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia). Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang beriman.” (Al-Hijr: 73-77). Yaitu tanda kekuasaan Allah bagi siapa yang mau menatap dengan mata firasat dan memperhatikan tanda-tanda yang ada pada kaum Luth, bagaimana Allah mengubah negeri dan penduduknya? Bagaimana Allah mengubah negeri itu hancur dipenuhi air, setelah sebelumnya subur makmur loh jinawi?
Seperti diriwayatkan At-Tirmidzi dan lainnya secara marfu', “Takutlah firasat orang mukmin, karena ia melihat dengan (mata hati yang semburat terang karena) cahaya Allah.‘ Setelah itu beliau membaca, ‘ Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang memperhatikan tanda-tanda'.” [3]
Firman-Nya, ” Dan sungguh, (negeri) itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia).” (Al-Hijr: 76). Yaitu negeri kaum Luth benar-benar terletak di jalan yang tetap dilalui hingga saat ini, seperti yang Allah sampaikan dalam ayat lain, “Dan sesungguhnya kamu (penduduk Mekkah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas) mereka pada waktu pagi, dan pada waktu malam. Maka mengapa kamu tidak mengerti?” (Ash-Shaffat: 137-138). “Dan sungguh, tentang itu telah Kami tinggalkan suatu tanda yang nyata bagi orang-orang yang mengerti.” (Al-Ankabut: 35). ” Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di dalamnya (negeri kaum Luth) itu. Maka Kami tidak mendapati di dalamnya (negeri itu), kecuali sebuah rumah dari orang-orang Muslim (Luth). Dan Kami tinggalkan padanya (negeri itu) suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada azab yang pedih.” (Adz-Dzariyat: 35-37).
Yaitu, Kami tinggalkan negeri itu sebagian pelajaran dan nasihat bagi mereka yang takut siksa akhirat, takut Allah meski tiada terlihat mata, takut kala berhadapan dengan-Nya suatu hari nanti, menahan diri dari hawa nafsu, kemudian meninggalkan semua yang diharamkan Allah, meninggalkan kemaksiatan, dan takut menyamai kaum Luth, karena siapa yang menyerupai suatu kaum, ia termasuk golongan mereka, meski tidak sama dalam semua sisi, namun minimal sama dari salah satu sisi, seperti gubahan sebagian pujangga:
Meski kalian bukan kaum Luth'
Namun kaum Luth tidaklah jauh dari kalian
Orang yang berakal, paham, mengerti, dan takut kepada kepada Rabb pasti menjalankan semua yang Ia perintahkan, dan menerima arahan yang disampaikan Rasulullah SAW, dengan menggauli istri-istri halal yang diciptakan Allah untuknya. Jangan sampai mengikuti setiap setan yang jahat, hingga ancaman tak lagi bisa dielakkan, dan termasuk dalam firman Allah SWT, “Dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang yang zalim.” (Hud: 83).