Kisah Nasihat Nabi SAW untuk Sahabat yang Minta Izin Selingkuh

Seorang pemuda datang ke Nabi Muhammad SAW meminta izin berselingkuh dari istrinya. Sebagai manusia biasa, tentu saja respons normal menanggapi permintaan tersebut dengan kaget dan marah. Namun, bagaimana respons Rasulullah SAW ketika salah satu umatnya meminta izin bisa berselingkuh? Dilansir di About Islam , Rasulullah SAW memberikan beberapa pertanyaan hingga seseorang itu mengurungkan niatnya.

Abu Umama Al-Bahily meriwayatkan seorang pemuda datang kepada Nabi dan berkata: “Ya Rasulullah, beri aku izin untuk melakukan zina.”

Para sahabat menoleh padanya dan mulai menegurnya. Nabi berkata: “Mendekatlah.“

Ketika pemuda itu mendekat kepada Nabi dan duduk, Nabi bertanya kepadanya: “Apakah kamu mau itu terjadi pada ibumu?“

Pria itu menjawab; Tidak, demi Allah. Semoga Allah menjadikanku pelindung untukmu!

Nabi menjelaskan orang lain pun tidak ingin hal tersebut terjadi kepada ibu mereka. Nabi menambahkan, “Apakah Anda menginginkannya untuk putri Anda? “

Lagi-lagi, pemuda itu menjawab dengan tidak. Jadi, Nabi berkata, “Orang-orang juga tidak akan menyukainya untuk anak perempuan mereka.”

Nabi melanjutkan apakah ia rela jika hal tersebut menimpa saudara perempuannya, bibinya dari pihak ayah maupun bibinya dari pihak ibu. Jawaban pemuda itu tetap sama. Lalu Nabi meletakkan tangannya di atas pemuda itu dan berdoa untuknya, “Ya Allah, ampunilah dosa-dosanya, sucikan hatinya, dan peliharalah kemaluannya. “

Abu Umamah, perawi hadits, mengatakan pemuda itu tidak mengindahkan godaan apa pun setelahnya. (Dikonfirmasi oleh Al-Albani)

Dengan pendekatan yang lembut, pengertian, dan meyakinkan, Nabi SAW berusaha membantunya memberikan jawaban itu daripada menjatuhkan atau menyalahkannya. Hal ini dilakukan Nabi untuk memperkuat dan membentengi pemuda itu dalam pertempurannya dengan godaan.

Hal yang dapat dipetik dari kisah ini bukan hanya tentang kesalahan zina, tetapi yang paling penting apakah mereka akan kembali ke masjid untuk berdiskusi dan menemukan jawaban untuk masalah masa depan mereka atau tidak. Mendengarkan kaum muda, memahami masalah mereka dan dengan sepenuh hati merangkul dan merawat mereka, apa pun masalah yang mereka hadapi.

Dalam hadits di atas, para sahabat sendiri tidak mampu menahan keterkejutan mereka. Ini juga reaksi alami para imam dan tokoh masyarakat jika dihadapkan pada pertanyaan serupa.

Nabi SAW menangani situasi ini sebagai seorang pendidik yang hebat. Beliau menarik pemuda itu lebih dekat kepadanya, membahas masalah secara rasional.

Lebih jauh lagi, Nabi SAW tidak membiarkan kejadian itu berlalu tanpa sentuhan spiritualnya yang unik. Menempatkan tangannya pada pemuda itu dan berdoa untuknya pasti meninggalkan efek yang tak terlupakan.