Kisah Pendeta Buhaira sebagai Pemberi Kabar Kenabian Muhammad

Dalam sejarah Islam, banyak sekali kisah yang berkaitan dengan Nabi Muhammad SAW. Sosoknya menjadi tokoh penting sejarah Agama Islam, terutama dalam menyebarkan Islam. Dari kisah 25 nabi, Nabi Muhammad SAW diketahui merupakan nabi terakhir.

Tapi, apakah kamu tahu siapa yang mengetahui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang nabi?

Dirangkum dari beberapa sumber pada Sabtu (4/7/2020), ketika Nabi Muhammad SAW berusia 12 tahun, dia diajak oleh pamannya, Abu Thalib, untuk melakukan perjalanan dagang ke Syam. Dalam perjalanan inilah, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan seorang pendeta Nasrani yang bernama Buhaira. Dalam kitab Adab Bizantium, Buhaira adalah seorang rahib atau biarawan yang menganut aliran Airus Nasthuri.

Ketika Abu Thalib dan Muhammad sampai di tanah Syam, ada salah seorang pendeta yang bernama Buhaira yang terbiasa memerhatikan pelataran tanah Syam dengan duduk di atas gunung pasir.

Suatu hari, dia melihat ada awan putih yang berjalan seakan memayungi rombongan unta yang sedang berjalan beriringan. Saat mereka berhenti di kaki gunung pasir tempat Buhaira duduk, rombongan itu membuat perkemahan dan beristirahat.

Pada saat itu pula, awan putih berjalan itu menghilang dan digantikan oleh pohon-pohon yang condong sehingga daun-daunnya bisa dipegang seakan memayungi seorang anak yang termasuk dalam rombongan sedang duduk beristirahat.

Biara Buhaira di Bushra, Suriah. Foto: Wikipedia

Melihat kejadian itu, Buhaira turun dari gunung pasir itu dan mengutus seseorang untuk menemui mereka. Ia menyuruh para pengiringnya untuk mempersiapkan makanan dan minuman untuk menyambut para tamu.

Namun, Buhaira tidak langsung menemui rombongan itu, ia malah bersembunyi dan memerhatikan tamunya yang sedang makan.

Abu Thalib datang bersama Muhammad dan rombongan lainnya. Selama jamuan itu berlangsung, diam-diam Buhaira mengamati sosok Muhammad seakan menemukan sebuah tanda-tanda kenabian sesuai dengan apa yang dibacanya dalam kitab.

Ketika jamuan itu selesai, Buhaira langsung menghampiri Nabi Muhammad SAW dan berkata, “Wahai anak kecil (Muhammad), demi Lata dan ‘Uzza aku bertanya kepadamu, dan aku sangat mengharapkan engkau mau menjawab apa yang aku tanyakan.”

Mendengar Buhaira mengucapkan sumpah dengan nama Lata dan Uzza, Nabi Muhammad SAW segera menjawab, “Jangan engkau tanya aku dengan nama Lata dan ‘Uzza. Demi Allah, tidak ada yang aku benci melebihi keduanya.”

Lalu, Buhaira kembali berkata, “Kalau begitu, atas nama Allah aku memintamu untuk menjawab pertanyaanku.”

Muhammad pun berkata, “Katakanlah, apa yang ingin engkau tanyakan.”

Saat itulah Buhaira menanyakan banyak hal kepada Muhammad. Mulai dari kebiasaannya, seperti gayanya, tidurnya, keluarganya, impian-impiannya, dan hal-hal lainnya. Muhammad pun menjawab dengan lancar. Buhaira tampak semakin yakin dengan apa yang ia ketahui selama ini.

Ketika rombongan itu ingin pamit dan disaat Muhammad berdiri, kerah jubahnya tersingkap, sehingga Buhaira melihat dengan jelas bahwa di pundaknya ada tanda kenabian. Allah SWT seperti memang ingin memperjelas bahwa Muhammad adalah seorang nabi.

Usai melihat tanda itu, Buhaira pun menemui Abu Thalib menjelaskan semua yang ia lihat dari Muhammad tentang tanda-tanda kenabian tersebut. Buhaira yang terkenal keilmuannya, membuat Abu Thalib mudah sekali percaya dengan perkatannya. Hingga, Buhaira pun berpesan kepada Abu Thalib untuk menjaga Muhammad dan segera membawanya pulang ke Mekkah. Sebab, Muhammad akan celaka jika orang Yahudi tahu bahwa Muhammad adalah seorang nabi.

Rupanya apa yang diketahui oleh Buhaira bahwa Muhammad adalah seorang nabi benar adanya. Pada usia 40 tahun, Muhammad menerima wahyu di Gua Hira yang disampaikan oleh Malaikat Jibril untuk menyampaikan pesan Allah SWT. Muhammad akhirnya diutus sebagai nabi dan rasul terakhir.