Kisah Perang Tabuk, Perang Terakhir Nabi Muhammad SAW

Perang terakhir Nabi Muhammad SAW. adalah perang Tabuk. Perang terakhir ini merupakan bagian yang berpengaruh besar dalam proses dakwah Islam.

Peperangan ini sendiri merupakan pertempuran yang paling berat bagi umat muslim pada waktu itu.

Musim panas dan kondisi masyarakat Madinah yang sedang melakukan panen raya di kebun kurma membuat berperang menjadi satu tantangan besar.

Musuhnya pada saat itu yaitu persekutuan imperium Romawi yang dipimpin oleh Kaisar Heraclius dengan beberapa kabilah Arab di wilayah Syam.

Kabar adanya persekutuan tersebut sampai kepada Nabi, yaitu informasi terbentuknya militer dalam jumlah yang sangat besar di wilayah perbatasan Palestina.

Karena adanya hal itu, tentu dinilai akan mengancam proses dakwah agama Islam. Makanya ketika mendengar kabar tersebut Rasulullah langsung bertindak tegas.

Dalam sebuah telaah sejarah dari Izb Dasuki disebutkan, meskipun dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk berperang. Namun kaum muslim berhasil membentuk pasukan untuk melakukan ekspedisi militer.

Pasukan tersebut berjumlah sekitar 30 ribu orang dengan dibekali persenjataan lengkap, 10 ribu kuda dan 10 ribu unta. Semetara sisa pasukannya berjalan kaki.

Ekspedisi militer dimulai pada bulan Rajab tahun 9 Hijriah atau 630 Masehi dengan jarak yang akan ditempuh pasukan muslim sekitar 750 kilometer melewati Gurun Sahara.

Perkiraan perjalanan menuju daerah Tabuk, tempat militer romawi dan sekutunya, mencapai dua minggu perjalanan dalam keadaan cuaca ekstrim.

Di tengah jalan, pasukan kaum muslimin mengalami kehabisan air serta perbekalan, sehingga membuat mereka kelelahan.

Dalam kondisi itu, banyak prajurit dalam perang terakhir Nabi yang putus asa, bahkan ada yang berniat untuk berhenti dan meninggalkan ekspedisi tersebut.

Selanjutnya, orang-orang yang dimaksud tersebut di dalam Al-Qur’an disebut sebagai orang munafik.

Mukjizat Nabi di Tengah Gurun Pasir

Disebutkan dalam kitab Al-Bidayah Wa An-Nihyah karya Ibnu Katsir, karena perjalanan dalam kondisi cuaca ekstrim, orang-orang munafik saling menghasut untuk meninggalkan eskpedisi tersebut.

Bahkan, kejadian ini diabadikan dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 117 yang mengatakan bahwa Allah SWT. telah menerima taubat Nabi, Kaum Muhajirin dan Anshar.

Di tengah-tengah kesulitan itu, saat pasukan sudah benar-benar kelelahan, Nabi mengangkat tangan dan berdo’a kepada Allah SWT.

Tidak lama kemudian, dari cuaca yang tadinya sangat panas, tiba-tiba langit menjadi mendung dan turun hujan, sehingga pasukan yang melakukan perjalanan jauh itu bisa segar kembali dan bisa menambah persediaan air.

Kemenangan Telak Pasukan Muslim

Pada awalnya, perang terakhir Nabi Muhammad SAW. tersebut sempat disepelekan oleh Kaisar Heraclius.

Ia menganggap pasukan muslim tidak mungkin bisa sampai di perbatasan Palestina dan menghadang persekutuan mereka karena cuaca yang sangat panas, ditambah harus melewati gurun yang sangat luas.

Tetapi, dengan pertolongan Allah SWT. ternyata pasukan muslim berhasil sampai dengan selamat, dan sebelum sampai Kaisar Heraclius sudah mengetahuinya.

Mendengar kabar tersebut, Kaisar Romawi itu merasa gentar terhadap kekuatan kaum muslimin karena berhasil sampai ke Tabuk dalam cuaca seperti itu.

Meskipun pasukan kekaisaran Romawi beserta sekutunya pada saat itu sekitar 200 ribu orang, tetapi Heraclius menyadari, melawan pasukan muslim sama saja dengan menjemput kekalahan.

Akhirnya, pasukan Romawi pun beserta sekutunya pergi meninggalkan Tabuk dan kembali ke Romawi tanpa melakukan pertempuran.

Kemenangan telak kaum muslim pada saat itu terdengar sampai ke seluruh dunia, dan menjadi salah satu kejadian penentu kesuksesan dakwah Islam.

Setelah perang terakhir NabiMuhammad SAW. di Tabuk, orang-orang di seluruh dunia berbondong-bondong masuk Islam untuk bertaubat dan mendapatkan perlindungan.

Bukti Perang Tabuk yang Masih Tersisa

Pada saat Nabi Muhammad SAW. beserta pasukannya sampai di Tabuk, Nabi mendirikan sebuah masjid yang digunakan untuk beribadah dan beristirahat.

Masjid tersebut pada awalnya sangatlah sederhana, dindingnya terbuat dari tanah liat dan atapnya terbuat dari pelepah kurma.

Namun, seiring berjalannya waktu masjid tersebut mengalami perbaikan sejak masa pemerintahan Turki Usmani dan Saudi.

Hingga saat ini, masjid tersebut masih dapat dijumpai dan sudah menjadi masjid yang sangat megah dengan berbagai dekorasi yang indah.

Selain sebagai bukti perang tersebut, di masjid tersebut pula Rasulullah SAW. mendapatkan wahyu QS. At-Taubah ayat 107-110.

Persiapan perang terakhir NabiMuhammad SAW. disebutkan oleh Ibnu Ishaq sebagai sebab turunya ayat tersebut, dan ayat ini yang membongkar konspirasi pembunuhan Nabi sebelum melakukan ekpedisi.