Kisah Ulama Besar Belajar Pada Tukang Cukur Rambut
Junaid adalah seorang sufi dan ulama besar kelahiran Nihawand, Persia. Beliau termasuk ahli tasawuf yang sampai sekarang masih diikuti pemikiran dan diteladani perilakunya. Tidak sedikit cerita-cerita hikmah tentang Junaid al Bagdadi yang hingga sekarang masih dikenang. Salah satunya ketika ia belajar tentang keyakinan dari tukang cukur rambut.
Dikisahkan suatu hari Junaid sedang berada di Mekah al Mukarromah. Beliau saat itu ingin mencukur rambutnya. Maka dicarilah tukang pangkas rambut yang ada di kota suci itu. Hingga akhirnya ia pun menemukan tempat pangkas rambut. Junaid kemudian masuk dan melihat seorang tukang cukur rambut sedang memangkas rambut lelaki terhormat.
Kemudian Syekh Junaid menghampiri tukang pangkas rambut itu sambil berkata, “Demi Allah dapatkah engkau memangkas rambutku.”
“Tentu saja saya bisa mencukur rambut tuan,” jawabnya sambil berkaca-kaca matanya. Air matanya tampak meleleh. Tak dinyana, tukang cukur itu lalu tidak menyelesaikan tugasnya mencukur rambut lelaki terhormat itu dan digantikan dengan temannya yang lain.
“Berdirilah saat nama Allah Ta’ala yang diucapkan, maka yang lain harus menunggu,” katanya. Si tukang cukur rambut itu kemudian mencium Syekh Junaid dan memangkas rambutnya. Apa yang diperbuat tukang cukur rambut itu membuat Syekh Junaid heran. Setelah selesai tak disangka si tukang cukur tersebut memberikan uang koin kecil yang dibungkus kertas.
“Belanjakan uang ini untuk keperluanmu,” kata tukang pangkas rambut itu.
Syekh Junaid pun menerimanya. Beliau berjanji dalam dirinya akan memberikan balasan ketika menerima hadiah pertama maka akan diserahkan kepada tukang cukur tersebut. Tidak menunggu lama, syekh Junaid mendapatkan hadiah sekantong emas. Beliau ingat akan janjinya itu. Maka Syekh Junaid pergi kembali menemui si tukang cukur rambut.
Saat bertemu dengan tukang cukur itu Syekh Junaid menyerahkan hadiah tersebut. “Apa ini?” kata tukang cukur itu.
Lalu Syekh Junaid menjawab, “Setelah engkau cukur beberapa waktu yang lalu, aku berketetapan hati untuk menyerahkan hadiah pertama yang aku terima kepadaMu. Nah ini hadiah pertama yang aku dapatkan yaitu sekantong emas.”
“Saudaraku, tidaklah engkau malu kepada Allah? Engkau berkata kepadaku kala itu,” Demi Allah pangkaslah rambutku.” Lalu engkau sekarang memberiku hadiah. Apakah engku pernah mendengar seseorang yang melakukan sesuatu karena Allah lalu meminta bayaran.”
Jawaban itu membuat Syekh Junaid termenung. Perstiwa ini kemudian dikenangnya karena beliau mendapatkan pelajaran perihal keyakinan. “Aku belajar keyakinan dari seorang pemangkas rambut,” batinnya.